Sunday 18 May 2014

“TAK SEMUA MALAIKAT DAN BIDADARI ITU BERSAYAP”

“TAK SEMUA MALAIKAT DAN BIDADARI ITU BERSAYAP”



                            Aku tinggal di sebuah Desa di Kabupaten Sragen. Lebih tepatnya Desa Senyum, gak tau sejarahnya gimana kok bisa dinamakan Desa Senyum, tapi menurut orang-orang Desa dahulu ada seorang pemuda yang bertarung dengan Belanda dan dalam setiap pertarungannya dia selalu tersenyum. Mungkin itu adalah tradisi untuk menciptakan semangat pada diri mereka dan membangun rasa percaya diri yang kuat. Tapi gak tau  juga sih, udah bertahun-tahun lamanya peristiwa itu terjadi, ini sudah hari hari baru dan era tanpa penjajah lagi. Kini desaku sudah aman, sejahtera dan makmur, itu terlihat dari bagaimana masyarakat yang masih merawat budaya bangsa ini yaitu gotong royong tanpa meminta imbalan dan saling menjaga antara satu dengan yang lain. Begitu pula aktifitas-aktifitas yang dilakukan orang-orang desa, semua semangat melakukan semua hal tanpa rasa malas, seperi misalnya jika ada orang yang malas mereka tidak segan-segan mengajaknya dan anak-anak pun tak kalah semangatnya dengan orang-orang tua. Mereka juga semangat dalam beribadah dan terbukti masjid-masjid selalu dipenuhi dengan orang tua dan anak-anak, pengajian anak tak kalah dengan pengajian orang tua. Saat pengajian, antusias anak-anak sangat besar dan termasuk diriku, namaku ROFIK itu adalah nama yang diberikan ortu padaku. Nama itu diberikan supaya kelak aku menjadi anaka yang soleh dan sukses(kan nama itu doa). Umurku sekarang 11 tahun dan duduk di kelas VI sekolah dasar, aku termasuk dalam golongan anak yang lumayan pintar dan juga selalu dapat peringkat 10 besar walau belum pernah dapat peringkat 1. Aku punya sahabat namanya ARIS, anaknya baik dan pintar dan selalu dapat peringkat 1 di kelas, rumahnya di Desa Ngakak dan letaknya yah gak jauh lah sama rumah aku. Karena dia berlatar belakang dari keluarga yang bisa dibilang kaya jadi dia terlihat berkharisma dan juga keren, akan tetapi dia tidak pernah menyombongkan apa yang dia punya. Berbeda dengan ku yang dilahirkan dari keluarga yang sederhana, walau begitu kami berteman baik dan sudah sahabatan dari kelas 1, berbagai hal dan peristiwa telah kami jalani bersama, tak memungkiri bahwa kami juga manusia yang suka berantem karena hal sepele. Pernah kejadian aku menjatuhkan pensilnya.
Dia berkata “ ambil pensil itu!!!”
Dan aku menjawab “ gak mau!!!” (dengan nada keras)
Diapun marah dan jadinya berantem deh. Tapi beberapa jam kemudian kami baikan hehe. “namanya juga anak-anak”. Kami sudah kelas VI dan selangkah lagi kami akan melanjutkan ke SLTP, kami selalu belajar giat agar bisa masuk ke SLTP favorit di daerah kami, jika diantara kita ada yang gak bisa dalam pelajaran kami selalu membantu. kami selalu belajar sambil bermain karena kami masih anak-anak, yah jadi susah deh, tapi kita masih semangat untuk mewujudkan cita-cita bersama, beberapa bulan kemudian kami akhirnya di terima di SLTP yang kami impikan bersama. Prilaku kita pun ikut berubah maklum lah kami kan masih dalam masa pertumbuhan, aku masih gak nyangka bahwa aku bisa masuk si SLTP ini bersama sahabat sehidup semati ku, dan kami satu kelas lagi, pelajaran yang berbeda membuat kami tambah semangat untuk belajar dan kami tetep aktif dalam sholat dan pengajian untuk mengimbangi akhirat kami. Kami juga ikut ekstrakurikular yang sama dan kami sering dikirim lomba bersama dan alhamdulilah lagi dari setiap perlombaan kami selalu mendapat juara. Selain lomba dari sekolah kami juga membuat lomba bagi kami sendir seperti siapakah yang paling banyak adzan di masjid dan banyak-banyak hafalan doa dan surat, seperti pak ustad bilang” kita harus mengejar ilmu didunia dan menimbangi dengan ilmu akhirat, kan akhirnya kita juga kelak akan ke akhirat jua”. Dan yang menang, tambah semangat dan yang kalah juga bertambah semangatnya. Hal itu berlangsung hampir satu tahun dan akhirnya kelas VII pun berakhir dan sekarang kami sudah kelas VIII. Tapi dikelas VIII aku sudah tidak sekelas lagi dengan Aris. Banyak  pula hal yang berubah disini yang dulu tugas sedikit sekarang bertambah banyak akan tetapi canda tawa tetap mewarnai kelas ku. Ketika pulang sekolah aku dan aris main bersama dulu ke taman dan berbagi pengalam di kelas kami masing-masing, kelas VIII memang terasa lama dan menyenangkan tapi, aku dan aris heran karena semakin dewasa ibadah kami semakin berkurang, kami selalu menanyakan pada diri kami masing-masing “kenapa kami jadi seperti ini” dan ketika mau beribadah kami selalu saja beralasan mulai dari capek,banyak tugas dll. Saat kelas IX kami mulai memperbaiki diri kami. Mulai dari sholat berjamaah yang kami tekunkan lagi,puasa senin kamis, dan tentu saja tahajud yang kami aktifkan lagi. Tapi kami rasakan dengan semangat yang berbeda. Kalau dulu semangat itu membara dan nyata bagiku dan sekarang hal itu karena ada sesuatu yang kami inginkan, kami pun akhirnya cuek akan hal itu dan dalam pikiran kami hanya belajar dan belajar            karena akan ada UN yang akan segera datang, kami akan menuju ke SMA. Saat kelas IX bukan hal baik yang kami dapatkan akan tetapi ejekan yang jeleg-jeleg tentang aku dan Aris serta banyak permasalahan lain yang kami terima, tapi aku dapat menahan diri sedangkan aris tak dapat menahanya, ketika dia tak bisa menahan diri aku selalu ada didekatnya dan memberi saran dan masukan untuk memajukan kami berdua.
***
            Dan hari yang kita tunggu-tunggu telah tiba  yaitu UN,ketegangan nampak pada wajah kami, namun bagi aku dan aris itu sudah biasa. Kami percaya untuk mengerjakan UN dengan jujur. Bel berbunyi tanda UN dimulai, 15 menit pertama keadaan kelas tenang karena masih mengisi kolom nama, 15 menit berikutnya keadaan masih sama, 30 menit kemudian berbagai macam kecurangan mulai bermunculan mulai dari kertas sampai HP, setan yang awalnya tidur kini mulai bangun untuk menggoda para peserta UN. Didalam kelas itu pun kebimbangan mulai datang padaku karena harus memilih jujur atau curang, jika aku jujur tapi soal masih banyak, jika aku curang maka soal akan terjawab tapi itu tidak baik. Setan yang sekarang berada disebelah kiriku bertarung dan berdebat keras dengan malaikat disebelah kananku, mereka mencoba mempengaruhiku tapi saat itu setanlah yang menang akupun ikut-ikutan mereka yang berbuat curang, detik-detik menegangkan telah aku dan Aris lewati ketika hari-hari itu telah lewat aku menceritakan kejadian-kejadian saat ujian itu.
“Ris, ujianku sangan mengecewakan aku mengerjakannya dengan tidak jujur”. Kataku pada Aris.
Aris menjawab.” akupun juga begitu. Rasanya tuh berbeda saat kita diluar dan saan kita didalam.”
“bener banget itu”. Sautku.
“menurutmu itu baik enggak”. Tanya Aris padaku.
“emmm.. enggak baik sih. Tapi giamana lagi? Cuek ajalah”. Bilangku padanya
“ow okey deh”. Saut Aris
            Liburan telah datang. Hari-hari liburan aku dan Aris lewati bersama mulai dari  main kerumah temen, main kepuncak, kepantai dll. Saking senangnya main, kami sholatpun telat.
***
Hari pengumumman telah datang. Muka tegang muncul dari raut wajah kami. Aku dan Aris dinyatakan lulus dengan nilai yang baik. Dan kini kami mulai membicarakan mau ke SMA mana,kami memilih SMA yang sama,beberapa hari kemudian aris menceritakan bahwa ayahnya tidak setuju dengan pilihan kami. Akhirnya aris disekolahkan di SMA N DISIPLIN 1 dan aku hanya memilih SMA SENYUM dan aku yakin bila bersekoah disitu maka aku akan lebih baik, awal masuk SMA komunikasi kami berjalan lancar tapi lama kelamaan kami lost kontak atau hilang komunikasi , beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar bahwa keluarga aris jatuh miskin dan sering terjadi pertengkaran dalam keluarga mereka,dan 6 bulan kemudian aku mendengar kabar yang mengejutkan, yaitu aris masuk rumah sakit karena aris telah menjadi pecandu narkoba dan miras, kutemani dia setelah pulang sekolah dan tepat pada hari jumat aku di telpon oleh ibunya aris bahwa dia telah meninggal dunia , dengan sekuter matik aku bergegas ke RS.
 aku tanya ke ibunya. “kenapa aris bisa meninggal bu?
 Ibunya  menjawab “karena organ dalam dan otak aris sudah terkontaminasi dengan alkohol dan obat-obatan terlarang”.
“aku hanya tercengang mendengar itu semua”
***
            Tiba hari pemakaman aris di TPU daerah sragen isak tangis menemani sepanjang prosesi penguburan sahabatku itu, banyak yang datang melayat mulai dari teman-teman SMP, SMA dan guru-guru. aku menanyakan kenapa sampai terjadi hal seperti itu kepada temanya aris di SMA tapi mereka juga tidak mengetahui bagaimana kronologi sampai terjadi hal seperti ini. Aku berhasil mengorek informasi yang sesungguhnya dari guru aris yang saat itu menjabat sebagai guru BK dan semua kejadian demi kejadian telah aku dengar dari beliau. Aku pun tak henti-hentinya menyalahkan diri kusendiri karena gagal melindungi temanku dari bahayanya narkoba dan miras. Hari-hariku kini aku lewati dengan kesedihan dan kebingungan. Pada akhir semester dua aku salah Pergaulan pula, aku mulai melakukan hal-hal yang tidak baik mulai membolos, merokok dll. Aku sudah tidak memikirkan bagaimana sekolahku. namun waktu tes semester 2 aku mengerjakan soalnya tanpa berfikir dan selalu mencontek. Pada akhirnya teryata nilaiku baik dan aku ditempatka dikelas IPA. Akupun terheran-heran kok bisa aku diterima dikelas IPA padahal akukan sering bolos dan nakal. Waktu itu aku masih cuek dan melakukan hal yang gak baik lagi aku juga sering memintai temen-temenku uang kalau mereka tidak memberi aku beri ancaman. Hari-hariku dikelas XI aku lewati dengan hal-hal yang tidak baik. Namun diakhir semerter 1 ketua kelasku mulai bertindak dan menegurku, ketua kelasku itu perempuan. Zahra itulah namanya, orangnya baik , manis, dan perhatian pada semua temen-temennya tapi dia juga galak. Waktu itu aku diceramahi hingga beberapa jam. Tapi, satu kata yang begitu menyengat dihatiku.
Dia bilang. “Apakah kamu akan terus benggini dan berakhir seperti sahabatmu aris”.
Dalam hati aku berkata “kok dia tau persahabatan antara aku dan aris”
“Takusah bingung kenapa aku tau persahabatan kamu dengan aris”. Saut zahra
“Kenapa kamu ikut campur dalam kehidupanku?” tanya ku
“aku gak ikut campur dalam kehidupanmu, namun jika ada temenku yang sedang tersesat dalam jalan yang salah aku gak segan-segan menolongnya, untuk keluar dari kesesatanya itu, seperti kamu”(sambil melihatku dengan sorotan yang tajam). Jawabnya padaku

***
Akupun kini mulai sadar bahwa apa yang kulakukan selama ini sudah salah. Aku menjadi anak nakal dan melalaikan ibadahku ke pada Allah SWT. Setelah itu kini omelan-omelan ibu ketua selalu aku dengeri dan yang menurutku baik aku kerjakan. Kini ibadahku mulai membaik dan ngajipun juga mulai rajin lagi. Kini aku dan zahra menjadi temen deket. Ketika aku ada masalah aku langsung bertanya kepadanya(curhat deh istilahnya). Suatu hari Zahra bialang kepadaku dan aku disarankan sama zahra untuk ikut organisasi ROHIS di SMA ku.
Aku bertanya pada Zahra. “Apa itu rohis?”.
Zahra menjawab. “ ROHIS adalah Rohani Islam. Itu adalah saranamu untuk menjadi lebih baik. Dan disitulah kamu akan belajar menjalani hidup ini, begitu pula disitu kamu akan dibimbing kejalan yang baik dan mengenalkanmu mengenai agama islam ini lebih dalam”.
Aku hanya bisa menjawa. “ow”(dan senyum-senyum sendiri melihat senyum zahra)
 Aku pun ikuti saranya, aku ikut ROHIS dan mengikuti kajian-kajian diSMA yang dilaksanakan ROHIS namun gak hanya rohis sih. Kini hari-hari ku menjadi lebih baik dan lebih baik serta hidupku diwarnai dengan keindahan islam. Lagi-lagi aku sadar aku berkata pada diriku”mungkin dulu waktu Aris tersesat di dunia narkoba dia tak punya temen deket yang mampu memberi saran seperti zahra. Dan aku kini tahu bahwa semakin kita besar semakin besar pula cobaan yang datang. Jadi kita perlu memilih pergaulan yang baik dan memilih teman yang mampu membuat kita menjadi lebih baik tapi jangan pilih-pilih temen.”.


No comments:

Post a Comment