Saturday, 28 September 2013

Asal Usul Seloromo



Asal usul desa Seloromo
Di sebuah daerah gunung lawu, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu mancari burung di hutan
. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat burung yang besar, agar bisa ku santap untuk makan malam, stelah panenku tidak mencukupi kebutuhanku semoga aku mendapat burung itu K ” gumam petani tersebut dalam hati.
Beberapa saat setelah masuk hutan, petani itu melihat seekor burung yang indah. Dengan diam-diam petani itu berhasil menangkap burung tersebut. Ia takjub melihat warna bulu burung yang meiliki warna yang lebih indah dari pada pelangi. Bulu burung itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan.
“Tunggu, aku jangan dibunuh! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi membunuhku.”guman burung itu gemetar ketakutan.
 Petani tersebut terkejut mendengar suara burung  itu. Karena keterkejutannya, golok yang dia pegang jatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, burung itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
“Bermimpikah aku?,” gumam petani yang terkejut melihat burung itu berubah gadis yang cantik.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu.
 “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri.
 Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor burung. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut.
 “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam penduduk desa.
Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani.
 “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya.
Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka.
“Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya.
“Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya.
 “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak burung !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Sang istri yang  berada di dalam rumah yang mendengar perkataan suaminya itu. Lalu ia menghampiri suaminya itu.
“ Suamiku mengapa mengingkarri janjimu yang dulu itu, kamu sudah lupakahL ??” kata istri itu dengan sedih.
“ Dasar ibu burung, aku menyesal menikahimu, dasar burung sialan !!” ucap petani dengan marah!!
“ Kalau itu maumu, aku akan menuruttinya. Tapi kamu akan menyesal” kata sang istri sambil menangis.
Setelah perkataan istri suami itu. Sang istri dan anak petani itu pergi terbang kelangit meninggalkan suami. Setelah sang istri pergi, sang suami berubah menjadi batu yang paling besar di daerah itu. Semenjak itulah daerah itu disebut desa Seloromo. Yang berati ayah batu, di beberapa malam sang istri sering melihat sang suami yang membantu, kata orang – orang. Dari kejadian itulah desa itu disebut Seloromo.  

No comments:

Post a Comment